Untuk setiap 1000 Poin WOOP milik kamu nilainya sama dengan 1 Buku Sekolah!
Berikut adalah beberapa cerita tentang anak-anak tersebut yang tetap semangat untuk terus sekolah mengejar cita-cita! Terima kasih kepada mitra kami, Sayangi Tunas Cilik dan para Perempuan WOOP yang memungkinkan hal ini bisa terjadi!
Sekolah Linda* di Sumba Barat sangat jauh dari berbagai akses, untuk menuju pusat kabupaten dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Sekolahnya dulu hanya memiliki sedikit buku ...
BACA KISAHNYASekolah Linda* di Sumba Barat sangat jauh dari berbagai akses, untuk menuju pusat kabupaten dibutuhkan waktu lebih dari 1 jam. Sekolahnya dulu hanya memiliki sedikit buku bacaan.
Kini berkat dukungan dan bantuan dari Sahabat, Linda menjadi gemar ke perpustakaan. Buku yang paling disukainya adalah buku cerita anak yang kini jumlahnya semakin banyak, menjadikan Linda dan teman-temannya memiliki beragam pilihan di perpustakaan sekolah. Ruangan perpustakaan pun kini menjadi lebih ramah anak dan tertata rapi.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Saat sore tiba Sivia* dan teman-teman selalu bersemangat untuk dapat mendatangi pos baca. Di sekolah, buku-buku yang ada kadang sudah robek dan sangat minim dengan buku cerita ...
BACA KISAHNYASaat sore tiba Sivia* dan teman-teman selalu bersemangat untuk dapat mendatangi pos baca. Di sekolah, buku-buku yang ada kadang sudah robek dan sangat minim dengan buku cerita anak. Padahal buku cerita anak yang layak sangat dibutuhkan agar anak dapat mengeksplorasi dunianya, mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui imajinasi dan melatih kemampuan membaca, meningkatkan literasi serta memahami konteks dalam cerita.
Terima kasih untuk Sahabat yang telah membantu Sivia dan teman-teman dengan mewujudkan pos baca berisi beragam buku bacaan. Di pos baca, anak-anak tidak hanya mendapatkan pilihan buku cerita berkualitas tapi juga mendapat pendampingan dari kakak fasilitator yang sudah terlatih oleh Save the Children. Para fasilitator menghadirkan kegiatan bermain menyenangkan serta mendampingi teman-teman Sivia yang belum dapat membaca.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Serli* pun memiliki kini dapat merasakan berbagai buku bacaan beragam di salah satu pos baca yang hadir di Sumba Barat. Selain mendukung terwujudnya perpustakaan sekolah yang...
BACA KISAHNYASerli* pun memiliki kini dapat merasakan berbagai buku bacaan beragam di salah satu pos baca yang hadir di Sumba Barat. Selain mendukung terwujudnya perpustakaan sekolah yang lebih mumpuni. Melalui pos baca dihadirkan kakak pendamping yang dapat menemani anak dalam kegiatan di pos baca melalui kegiatan yang edukatif dan menghibur. Bagi Serli dan teman-teman kegiatan di Pos Baca sangat menyenangkan, di tengah keterbatasan yang mereka hadapi.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Azahra* (11 tahun) merupakan anak yang ceria. Azahra berhasil melewati masa-masa yang kelam diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami yang terjadi akhir tahun 2018 lalu. Sekarang, Azahra sudah kembali ...
BACA KISAHNYAAzahra* (11 tahun) merupakan anak yang ceria. Azahra berhasil melewati masa-masa yang kelam diakibatkan oleh gempa bumi dan tsunami yang terjadi akhir tahun 2018 lalu. Sekarang, Azahra sudah kembali kerumahnya. Namun Azahra belum dapat pergi ke sekolah karena sekolahnya rusak bersama 68.000 bangunan lainnya. Selama sekolah Azahra belum dibangun kembali, Azahra belajar di Sekolah Sementara yang dibangun oleh Save the Children. Di sekolah sementara ini, Azahra dapat berkumpul, belajar dan bermain bersama teman-teman seusianya. Azahra juga didampingi oleh staff Save the Children dan membuat mereka ceria kembali. Menjadi seorang Azahra tentu tidak mudah. Anak yang sangat rentan terhadap situasi darurat. Mari bantu Azahra dan teman-temannya untuk tetap semangat bangkit kembali dari apa yang telah menimpanya. Sahabat bisa mendukung mereka, dengan berdonasi dengan klik gambar dibawah ini :
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Salsa* (10 tahun) adalah anak korban bencana Tsunami di Sulawesi Tengah. Lebih dari enam bulan, Salsa dan keluarganya tinggal sementara di pengungsian karena rumahnya hancur akibat bencana ...
BACA KISAHNYASalsa* (10 tahun) adalah anak korban bencana Tsunami di Sulawesi Tengah. Lebih dari enam bulan, Salsa dan keluarganya tinggal sementara di pengungsian karena rumahnya hancur akibat bencana tersebut. Sekitar 2.256 orang meninggal, 4.400 orang terluka,68.000 rumah rusak atau hancur, puluhan ribu orang mengungsi termasuk Salsa dan keluarganya. Salsa terhenti sekolahnya karena kerusakan yang terjadi. Meski sekolah Salsa rusak, Salsa masih tetap mendapatkan pendidikan melalui Sekolah Sementara yang didirikan oleh Save the Children. Salsa menjadi salah satu anak yang bergabung dalam sekolah sementara itu. Setiap pulang sekolah, Salsa selalu membantu ibunya melakukan pekerjaan sehari-hari seperti mencuci piring dan membersihkan tempat tinggal mereka. Salsa anak yang baik. Salsa anak yang kuat. Salsa mampu bertahan dari situasi bencana yang ada disekitarnya. Dukungan Sahabat akan membantu Salsa membangun masa depannya kembali. Ayo bersama membangun lebih banyak lagi Sekolah Sementara di Sulawesi Tengah (Palu, Sigi dan Donggala), sehingga lebih banyak anak seperti Salsa yang tetap bersekolah dalam masa pemulihan bencana.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Yuli* (10 tahun) adalah anak perempuan yang menjadi korban becana tsunami di Palu. Ayahnya seorang nelayan dan mantan atlet dayung nasional. Saat gempa bumi dan tsunami menerjang, rumah dan perahu nelayan ...
BACA KISAHNYAYuli* (10 tahun) adalah anak perempuan yang menjadi korban becana tsunami di Palu. Ayahnya seorang nelayan dan mantan atlet dayung nasional. Saat gempa bumi dan tsunami menerjang, rumah dan perahu nelayan milik mereka hancur sekejap. Akibatnya, ayah Yuli sekarang terpaksa bekerja sebagai buruh harian untuk menambah perekonomian keluarga mereka . Ibu Yuli dulu bekerja sebagai penjual ikan hasil tangkapan Ayah Yuli.
Yuli dan keluarganya mendapatkan pendampingan dari Save the Children melalui team Emergency Response sehingga kesehatan Yuli terjaga dan pulihnya psikis karena trauma yang terjadi akibat bencana.
Sahabat dapat memberikan dukungan kepada Yuli untuk kembali pulih dari yang telah menimpa dirinya.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Rino* (9 tahun), anak Sulawesi Selatan yang berasal dari Jeneponto seharusnya saat ini duduk di kelas 4 SD. Namun karena ia ikut dengan ibunya untuk mencari nafkah ke Makassar, Rino melepaskan ...
BACA KISAHNYARino* (9 tahun), anak Sulawesi Selatan yang berasal dari Jeneponto seharusnya saat ini duduk di kelas 4 SD. Namun karena ia ikut dengan ibunya untuk mencari nafkah ke Makassar, Rino melepaskan sekolahnya. Bertempat tinggal beberapa meter dari tempat tempat bekerja (TPAS Tamangapa Makassar), Rino dan Ibunya berangkat setiap pagi sekitar pukul tujuh untuk memulung. Setelah beristirahat, Rino dan ibunya memulai bekerja kembali sekitar pukul dua siang hingga menjelang matahari terbenam. Rino sangat tekun dalam bekerja untuk membantu ibunya. Tim Save the Children mendatangi rumah Rino untuk melakukan assessment dan pendekatan yang bertujuan untuk mereduksi waktu bekerja anak-anak untuk memulung. Kami membangun Pusat Kegiatan Anak yang berlokasi di tiga kecamatan yaitu Manggala, Tamangapa dan Biring Romang. Di sana anak-anak bermain dan belajar selayaknya anak-anak lakukan di umur mereka. Kami terus menyemangati Rino dan mendorong ia agar bisa sekolah kembali. Ini bukanlah hal yang mudah dan kami tidak bisa tanpa bantuanmu.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Awaru* (9 tahun) duduk di kelas 4 SD yang berlokasi di Tamangapa Makassar. Keseharian Awaru dihabiskan dengan memulung dan sekolah. Namun sudah hampir dua bulan Awaru tidak sekolah. Predikat pemulung membuat ...
BACA KISAHNYAAwaru* (9 tahun) duduk di kelas 4 SD yang berlokasi di Tamangapa Makassar. Keseharian Awaru dihabiskan dengan memulung dan sekolah. Namun sudah hampir dua bulan Awaru tidak sekolah. Predikat pemulung membuat Awaru merasa kecil hati bergaul dengan teman-teman di sekolahnya. Ia sangat malu dan hanya menyendiri kalau sedang di sekolah. Save the Children memahami kondisi tersebut dan berjuang untuk masa depan anak-anak seperti Awaru. Kami membangun Pusat Kegiatan Anak yang berlokasi di tiga kecamatan yaitu Manggala, Tamangapa dan Biring Romang. Di sana anak-anak bermain dan belajar selayaknya anak-anak lakukan di umur mereka. Kami terus menyemangati Awaru dan mendorong ia agar bisa sekolah dengan lancar. Awaru bukan satu-satunya anak yang mengalami stigma buruk dengan kondisi ia harus menjadi pemulung. Masih ada 400 anak lagi di Tamangapa Makassar yang harus kami perjuangkan masa depannya. Ini bukanlah hal yang mudah dan kami tidak bisa tanpa bantuanmu.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Ini adalah Arif*, pemulung cilik dari Makassar yang masih berumur 4 tahun. Setiap harinya kalau tidak bermain di rumah, Arif ikut ayahnya memulung yang lokasinya dekat dengan rumah. Bagi Arif yang masih ...
BACA KISAHNYAIni adalah Arif*, pemulung cilik dari Makassar yang masih berumur 4 tahun. Setiap harinya kalau tidak bermain di rumah, Arif ikut ayahnya memulung yang lokasinya dekat dengan rumah. Bagi Arif yang masih anak-anak dan sekolah, tempat sampah adalah tempat ia bermain dan bertemu dengan teman-temannya. Ia senang sekali bermain di tempat sampah karena itulah tempat bermain yang ia kenal. Save the Children berjuang untuk masa depan anak-anak seperti Arif untuk mereduksi waktu bekerja anak-anak untuk memulung. Di sana kami membangun Pusat Kegiatan Anak yang berlokasi di tiga kecamatan yaitu Manggala, Tamangapa dan Biring Romang. Di sana anak-anak bermain dan belajar selayaknya anak-anak lakukan di umur mereka. Walaupun Arif merasa senang bermain di tempat sampah, namun tempat sampah bukanlah tempat yang laying untuk anak seperti Arif bermain terlebih lagi tumbuh dan berkembang. Ayo berikan masa kecil yang layak bagi anak seperti Arif.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Atila* (9 tahun) merupakan satu dari sekian banyak anak yang menjadi korban gempa dan tsunami September 2018 lalu di Sulawesi Tengah. Setelah sempat merasakan belajar dibawah tenda pengungsian, Atila...
BACA KISAHNYAAtila* (9 tahun) merupakan satu dari sekian banyak anak yang menjadi korban gempa dan tsunami September 2018 lalu di Sulawesi Tengah. Setelah sempat merasakan belajar dibawah tenda pengungsian, Atila dan anak-anak lainnya kini belajar di sekolah mereka yang tidak terlalu hancur namun tetap tidak aman. Atila berkata kepada staf Save the Children yang mendampingi mereka disana ‘’belajar ditenda panas sekali, aku tidak bisa konsentrasi’’ katanya. Atila dan teman-teman terpaksa belajar diruang sekolah yang retak dan penuh puing-puing bangunan itu hingga sekolah mereka selesai diperbaiki dan nyaman seperti semula. Keadaan yang sangat terbatas itupun tidak menyurutkan keinginan dan semangat Atila untuk tetap mendapatkan pendidikan. Gempa dan tsunami kala itu memberi dampak yang besar bagi kehidupan Atila hingga saat ini. Namun Atila masih tetap semangat dan optimis untuk meraih masa depannya. Dukungan Sahabat akan membantu Atila dan anak-anak lainnya membangun masa depannya kembali. Ayo bersama membangun lebih banyak lagi Ruang Sekolah yang aman dan nyaman untuk setiap anak di Sulawesi Tengah (Palu, Sigi dan Donggala) bersama Save the Children.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Titin* (9 tahun), Tahun ajaran baru terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Titin harus beradaptasi dengan keadaan pasca bencana. Gempa 7,5 SR disertai tsunami tahun lalu yang ...
BACA KISAHNYABagi Titin* (9 tahun), Tahun ajaran baru terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini Titin harus beradaptasi dengan keadaan pasca bencana. Gempa 7,5 SR disertai tsunami tahun lalu yang menghancurkan rumah dan sekolah Titin, membuat Titin sempat terhenti kegiatan sekolahnya. Enam bulan setelah bencana itu, Titin belajar di sekolah sementara. Belum lagi rumahnya juga masih hancur. Selama beberapa bulan, Titin dan keluarga harus tinggal di tenda pengungsian hingga rumahnya dibangun kembali berkat dukungan Save the Children. Keadan yang berat itu tidak menyurutkan semangat Titin untuk belajar untuk meraih cita-citanya sebagai seorang guru yang hebat. Ayo berikan dukungan Sahabat kepada Titin sehingga Titin bisa meraih mimpi besarnya kelak. Sekecil apapun dukungan Sahabat sangat berarti untuk anak-anak lainnya yang terdampak bencana di Palu, Sigi dan Donggala.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
Kia* (9 tahun) merupakan salah satu dari ribuan anak yang terdampak pasca gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala Sulawesi Tengah. Rumah Kia berada 500 meter dari pantai. Tsunami yang terjadi tahun ...
BACA KISAHNYAKia* (9 tahun) merupakan salah satu dari ribuan anak yang terdampak pasca gempa dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala Sulawesi Tengah. Rumah Kia berada 500 meter dari pantai. Tsunami yang terjadi tahun lalu menyapu rumah tak bersisa. Kia harus tinggal di tenda pengungsian, bermain di Ruang Ramah Anak dan belajar sementara di Sekolah yang sediakan oleh Save the Children. ‘’Saya tidak tahu, apakah aku akan kembali kesekolah atau tidak’’ katanya dengan raut sedih. Kia harus diberi dukungan psikososial, disebabkan bencana tsunami yang jelas nyata dihadapannya pada saat itu. Meski Kia merasa masih ragu untuk kembali kesekolah, tapi semangatnya sangat besar untuk belajar. Hal itu rerlihat ketika Kia sangat antusias membaca buku yang dibagikan staf Save the Children di ruang bermain mereka. Kia adalah anak yang pintar dan bercita-cita menjadi seorang Dokter. Namun, Kia tetap membutuhkan dukungan psikososial agar terlepas dari ancaman trauma. Berikan dukunganmu untuk Kia dan anak-anak lainnya yang terdampak bencana di Palu, Sigi, dan Donggala sehingga tetap berani bermimpi dan mewujudkan mimpinya untuk masa depan.
*Nama disamarkan untuk perlindungan anak
© Advocacy WOM Pte. Ltd. All Rights Reserved.